Hidupku dan Hidupmu...

Mari maknai hidup ini agar menjadi lebih berarti...

search

Jumat, 13 Agustus 2010

survey eksplorasi batubara

A. Pekerjaan lapangan

1. Pengukuran BM yang mengacu ke Sistem Kordinat Nasional ( UTM, WGS 84 )
Bila dilokasi pekerjaan belum tersedia Bench Mark sebagai acuan awal pengukuran maka dilakukan pengukuran Bench Mark. Jumlah BM yang dibuat dan diukur disesuaikan dengan cakupan wilayah yang akan dipetakan. Untuk konfigurasi atau jaringan BM minimal ada dua BM yang saling terlihat. Di Indonesia untuk keperluan pengukuran BM sudah tersedia tugu-tugu orde satu yang dibuat oleh BAKOSURTANAL yang terletak dikota-kota kabupaten diseluruh wilayah Indonesia.
Untuk membuat BM dilokasi pekerjaan yang mengacu ke system kordinat nasional, minimal menggunakan dua buah receiver GPS tipe Geodetic dual frekuensi dengan metode pengamatan static, satu receiver GPS ditempatkan di tugu orde satu BAKOSURTANAL dan yang satu lagi ditempatkan di atas BM yang berada dilokasi proyek.
Setelah satu BM dilokasi proyek sudah mempunyai kordinat sama dengan system kordinat nasional, maka BM ini digunakan sebagai referensi untuk pengukuran BM lain yang berada dilokasi proyek.

2. Pengukuran Poligon Utama
Pengukuran poligon utama dimulai dari BM yang telah diukur oleh GPS yang mempunyai kordinat nasional. Poligon utama diukur mengelilingi batas blok atau boundary proyek. Polygon utama digunakan untuk keperluan pengukuran lain seperti : polygon cabang,garis base line,garis cros line atau untuk pengikatan detil-detil yang penting misalnya : pengikatan posisi singkapan, lokasi test pit, posisi titik-titik bor eksplorasi, dsb.

3. Pengukuran Baseline dan Cross-line
Arah baseline atau cross-line sudah di rencanakan oleh tim geologi misalnya:arah azimuth 30 derajat, pekerjan tim pengukuran meletakan posisi dan arah dari base line yang sudah direncanakan oleh tim geologi (tim eksplorasi) ini.
Garis baseline atau cross-line digunakan sebagai guidline ( acuan ) untuk perencanaan lokasi pengeboran explorasi.Garis-garis cross-line mungkin akan dibuat lebih rapat dilokasi yang terindikasi mempunyai cadangan yang prospek.

4. Pengukuran Topografi detil
Bila dalam suatu blok ditemukan lokasi yang prospek untuk dikembangkan atau memang dilokasi daerah penyelidikan tersebut dibutuhkan peta topografi yang detil maka akan dilakukan pengukuran topografi misalkan skala 1 : 1000. Metode pengukuran menggunakan system Blok dan Cross-line atau ray dengan spacing 25 – 50m dengan pengambilan detil arah radial ( metode payung ).
Pengukuran Topografi ini menggunakan alat ukur Total Station yang langsung merekam data pengukuran menggunakan Memory Card, data pengukuran dapat di download ke komputer dengan software bawaan Total Station.

5. Hasil Pekerjaan
Hasil pekerjaan survey ( pengukuran Explorasi ) diantaranya :
• Kordinat BM Lokasi proyek berupa Deskripsi BM atau list kordinat Bench Mark.
• Kordinat – kordinat Titik-titik ikat ( polygon ).
• Kordinat Titik –titik posisi titik Borehole.
• Kordinat posisi singkapan ( outcrop ) deposit bahan tambang.
• Kordinat garis-garis Baseline dan Cross-line ( gridline ).
• Kordinat titik-titik detil topografi ( spot height ).
• Peta posisi singkapan batu – bara
• Peta posisi titik - titik pengeboran/cross-line.
• Peta Topografi detil.
• Backup semua data dalam bentuk digital ( softcopy )




B. T.O.R PENGUKURAN POLIGON UTAMA

  1. Semua alat ukur yang digunakan untuk pengukuran polygon harus dicek atau ditest ulang kondisinya sebelum dipakai dilapangan walaupun sudah dikalibrasi, mungkin pada saat mobilisasi terkena guncangan atau benturan.
  2. Konstanta prisma target untuk pengukuran jarak dengan TS harus dicek kembali sebelum digunakan.
  3. Jarak Tembakan hasil TS harus dicek minimal dengan pita ukur baja sebelum mulai digunakan dilapangan.
  4. Poligon dimulai dari titik ( BM ) yang sudah ada, BM harus jelas deskripsinya, pengukuran poligon minimal menggunakan dua buah BM; satu untuk station awal satunya lagi untuk orientasi ( Backsight ).
  5. Pengukuran polygon harus membentuk loop tertutup, jika menggunakan dua buah BM harus kembali ketitik awal. Dan jika polygon terikat sempurna, rangkaian polygon harus terikat diawal dan diakhir poligon, minimal harus menggunakan empat buah BM.
  6. Pengukuran sudut polygon harus menggunakan Total Station yang mempunyai ketelitian pembacan minimal 3” ( 3 detik ).
  7. Pengukuran sudut minimal dengan metode satu serie ( didapat dua bacaan sudut untuk setiap arah ).
  8. Kesalahan pengukuran sudut minimal 5”√n, n adalah banyaknya titik yang ditempati instrument.
  9. Pengukutan jarak menggunakan EDM atau Total Station.
  10. Pengukuran jarak menggunakan metode satu serie, sehingga didapat empat macam bacaan jarak, jarak ini akan dirata-rata.
  11. Kesalahan pengukuran linear poligon minimal harus 1 : 10000.
  12. Ketelitian pengukuran elevasi mengunakan alat TS 50√D, D jarak dalam Km.
  13. Penulisan data lapangan harus menggunakan form standar.
  14. Penulisan data lapangan sampai ketelitian detik untuk sudut dan sampai ketelitiam millimeter untuk jarak.
  15. Jika ada kesalahan penulisan data ukur, data tidak dihapus atau ditimpa penulisanya, cukup dicoret yang salah denga satu garis dan menuliskan data yang benar diatas atau dibawah data yang dicoret.
  16. Data ukur harus disertai sket yang jelas dan rapih.
  17. Kordinat hasil pengukuran polygon dibuat daftarnya.
  18. Kordinat hasil pengukuran diplot dengan software CAD.


C. T.O.R PENGUKURAN POLIGON CABANG

  1. Semua alat ukur yang digunakan untuk pengukuran polygon harus dicek atau ditest ulang kondisinya sebelum dipakai dilapangan walaupun sudah dikalibrasi, mungkin pada saat mobilisasi terkena guncangan atau benturan.
  2. Konstanta prisma target untuk pengukuran jarak dengan TS harus dicek kembali sebelum digunakan.
  3. Jarak Tembakan hasil TS harus dicek minimal dengan pita ukur baja sebelum mulai digunakan dilapangan.
  4. Pengukuran polygon cabang dimulai dari titik-titik polygon utama.
  5. Pengukuran polygon harus membentuk loop tertutup, jika menggunakan dua buah BM harus kembali ketitik awal. Dan jika polygon terikat sempurna, rangkaian polygon harus terikat diawal dan diakhir poligon, minimal harus menggunakan empat buah BM.
  6. Pengukuran sudut polygon harus menggunakan Total Station yang mempunyai ketelitian minimal 3” ( 3 detik ).
  7. Pengukuran sudut minimal dengan metode satu serie ( didapat dua bacaan sudut untuk setiap arah ).
  8. Kesalahan pengukuran sudut minimal 10”√n, n adalah banyaknya titik yang ditempati instrument.
  9. Pengukutan jarak menggunakan EDM atau Total Station.
  10. Pengukuran jarak menggunakan metode satu serie, sehingga didapat empat macam bacaan jarak, jarak ini akan dirata-rata.
  11. Kesalahan pengukuran linear poligon minimal harus 1 : 5000.
  12. Ketelitian pengukuran elevasi mengunakan alat TS 50√D, D jarak dalam Km.
  13. Penulisan data lapangan harus menggunakan form standar.
  14. Penulisan data lapangan sampai ketelitian detik untuk sudut dan sampai ketelitiam millimeter untuk jarak.
  15. Jika ada kesalahan penulisan data ukur, data tidak dihapus atau ditimpa penulisanya, cukup dicoret yang salah denga satu garis dan menuliskan data yang benar diatas atau dibawah data yang dicoret.
  16. Data ukur harus disertai sket yang jelas dan rapih.
  17. Kordinat hasil pengukuran polygon dibuat daftarnya.
  18. Kordinat hasil pengukuran diplot dengan software CAD.



D. T.O.R PENGUKURAN BASELINE

  1. Arah dan panjang baseline harus direncanakan dahulu diatas peta kerja.
  2. Arah baseline ditentukan oleh team Geologi, atau kesepakatan semuan team.
  3. Pengukuran Baseline harus dimulai dari titik polygon ( BM ) utama yang sudah mempunyai spesifikasi pengukuran polygon utama. Baseline dapat dibuat sebagai polygon utama ataupun sebagai polygon cabang.
  4. Pengukuran Baseline harus terikat diawal dan diakhir pada polygon utama.
  5. Pada saat pengukuran Baseline dipasang patok – patok untuk pengukuran line bor ( cross-line ) dengan jarak sesuai rencana, misalnya per 200 meter.
  6. Penamaan dan penomoran patok polygon dan patok cross-line harus direncanakan dan disetujui oleh semua team lapangan.
  7. Setiap patok pengukuran dilapangan harus diberi nama atau nomor patok serta diberi pita warna.
  8. Ketelitian pengukuran Baseline sesuai dengan pengukuran polygon cabang.
  9. Perubahan topografi disepanjang jalur baseline harus diukur untuk penggambaran penampang memanjang.
  10. Kordinat hasil pengukuran baseline dibuat daftarnya.
  11. Kordinat hasil pengukuran diplot dengan software CAD.


E. T.O.R PENGUKURAN CROSSLINE

  1. Pengukuran crossline ( line bor ) dimulai dari patok – patok rencana cross-line (misalnya jarak antar crossline 200 meter) yang sudah dipasang dan diukur pada saat pengukuran jalur baseline.
  2. Arah pengukuran crossline biasanya tegak lurus terhadap arah baseline.
  3. Pengukuran crossline harus memenuhi ketelitian dalam pengukuran polygon cabang.
  4. Setiap patok pengukuran dilapangan harus diberi nama atau nomor patok serta diberi pita warna.
  5. Penamaan dan penomoran patok pengukuran harus direncanakan dan disetujui oleh semuan team lapangan.
  6. Pada saat pengukuran crossline untuk setiap jarak kurang lebih 50 meter harus terpasang patok, patok ini dapat sebagai patok polygon ataupun sebagi patok sislah ( detil ).
  7. Perubahan topografi serta detil – detil alamiah ( sungai, selokan, danau, rawa-rawa,singkapan, dsb ) dan detil – detil buatan ( Jalan, bangunan ) harus diukur.
  8. Setiap jalur crosline harus digambar penampang melintangnya ( gambar cross-section ).



F. T.O.R PEMATOKAN ( STAKEOUT ) DAN PENGUKURAN ULANG ( RESURVEY ) TITIK BOR

  1. Kordinat dan nama titik – titik rencana pengeboran dibuat oleh Geologist dan diserahkan ke surveyor untuk dipatok dilapangan.
  2. Surveyor melaksanakan pematokan rencana titik bore dari patok-patok hasil pengukuran line bor ( cross-line ).
  3. Titik – titik rencana pengeboran dilapangan harus di beri nama serta pita warna yang menyala dan warnanya harus dibedakan dengan pita patok –patok survey.
  4. Surveyor memberikan laporan ke geologist bahwa titik – titik rencana pengeboran sudah dipatok serta melaporkan juga kondisi lapangan tempat rencana titik bor tersebut jika ada ketidak cocokan antara rencana dipeta kerja dengan kondisi dilapangan.
  5. Surveyor melakukan pengukuran kembali titik –titik bor yang sudah selesai dibor oleh team pengeboran.
  6. Posisi target saat pengukuran kembali titik bor harus ditengah – tengah lubang pengeboran, jangan mengukur bor diatas patok titik bor.
  7. Surveyor menghitung serta mengarsipkan kordinat hasil pengukuan titik bor.
  8. Surveyor harus melaporkan serta menyerahkan data hasil pengukuran bor ( data kordinat, data lapangan ) kepada team Geologi.
  9. Surveyor harus memplotkan posisi kordinat bor dengan software CAD.

0 komentar:

Posting Komentar

Share |